fose

fose
Asep Mahpudin

Selasa, 08 November 2011

ASKEP ANAK DENGAN MENINGITIS

ASKEP ANAK DENGAN MENINGITIS

ASKEP ANAK DENGAN MENINGITIS



MENINGITIS


Suatu peradangan akut pada selaput otak yang diakibatkan oleh
Bakteri  dan Virus
Meningitis Bakteri 90 % kasus terjadi pada


anak umur 1 bln - 5 th


MENINGITIS BAKTERI


Etiologi :


 H. influenza ( type B )


 Streptokokus pneumonie


 Neisseria meningitides ( meningococus)


  Hemolytic streptococcus


 Stapilococus aureus


 Escherecia coli


Faktok Predisposisi


 Laki-laki > perempuan


 Faktor maternal


- ketuban pecah dini


- Infeksi maternal pada akhir kehamilan  meningitis pada neonatus


 Penurunan mekanisme immune dan penurunan leukosit  meningitis pada BBL


 Anak dengan kekurangan imunoglobulin dan anak yang minum obat imunosupresant


MANIFESTASI KLINIS


 Tergantung pada luasnya penyebaran dan umur anak


 Dipengaruhi oleh type dari organisme keefektifan dari terapi


CHILDREN AND ADOLESCENT


 Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, kejang-kejang


 Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat berkembang photopobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk stupor dan koma


 Gejala pada respiratory atau gastrointestinal


 Adanya tahanan pada kepala jika difleksikan


 Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)


 Tanda kernig dan brudzinki (+)


 Kulit dingin dan sianosis


 Peteki/adannya purpura pada kulit  infeksi meningococcus (meningo cocsemia)


 Keluarnya cairan dari telinga  meningitis peneumococal


 Congenital dermal sinus  infeksi E. Colli


INFANT AND CHILDREN


 Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2 tahun


 Adanya demam, nafsu makan menurun, muntah, iritabel, mudah lelah dan kejang-kejang, dan menangis meraung-raung.


 Fontanel menonjol


 Nuchal Rigidity  tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi namun lambat


NEONATUS


 Sukar untuk diketahui  manifestasinya tidak jelas dan tidak spesifik


 ada kemiripan dengan anak yang lebih tua, seperti:


 Menolak untuk makan


 Kemampuan menelan buruk


 Muntah dan kadang-kadang ada diare


 Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis melemah


 Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-kejang, RR yang tidak teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB.


 Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak


 Leher fleksibel


 Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnoe terjadi bila tidak diobati/ditangani


KOMPLIKASI


 Dapat dikurangi dikurangi dengan diagnosis yang awal dan pemberian terapi antimikrobial dengan cepat.


 Bila infeksi meluas ke ventrikel, pus yang banyak (kental), adanya penekatan pada bagian yang sempit  obstruksi cairan cerebrospinal  hydrocephalus


 Perubahan yang dekstruktif ada pada kortex serebral dan adanya abses otak  infeksi langsung. Atau melalui penyebaran pembuluh darah.


 Ketulian, kebutaan, kelemahan/paralysis dari otot-otot wajah atau otot-otot yang lain pada kepala dan leher  penyebaran infeksi pada daerah syaraf cranial


 Kompl;ikasi yang serius biasanya diakibatkan oleh infeksi : meningococcal sepsis atau meningococcemia


 Syndrom water haouse-Friderichsen


 Overwhelming septic shock


 DIC


 Perdarahan


 Purpura


 SIADH, subdural effusion, kejang-kejang, edema serebral, herniasi dan hydrocephalus.


 Komplikasi post meningitis pada neonatus:


 Ventriculitis (yang menghasilkan kista, daerah yang dibatasi oleh akumulasi cairan dan tekanan pada otak)


 Gangguan yang menetap dan penglihatan, pendengaran dan kelemahan nervus yang lain


 Cerebral palsy, cacat mental, gangguan belajar, penurunan perhatian, gangguan hiperaktivitas dan adanya kejang.


 Hemiparesis dan quadriparesis  arthritis/thrombosis


EVALUASI DIAGNOSTIK


LUMBAL FUNKSI


 Cairannya diukur dan diambil sample untuk mendapatkan culture, gram stain, jumlah sel darah merah dan untuk mengetahui adanya glukosa dan protein


 Culture dan stain  mengidentifikasi organisme penyebab


 Jumlah sel darah merah meningkat


 Glukosa menurun


 Kensentrasi protein meningkat


 Culture darah


 Culture hidung dan tenggorokan


TERAPEUTIC MANAGEMENT


 Isolation precautions


 Pemberian terapi antimikroba


 Mempertahankan hidrasi yang optimum


 Mempertahankan ventilasi


 Mengurangi peningkatan TIK


 Management dari shock


 Mengontrol kejang


 Mengontrol temperatur pada ekstrimitas


 Koreksi anemia


 Perawatan dari komplikasi


PERHATIAN PERAWAT


 Melakukan precautions untuk melindungi anak dan orang laindari kemungkinan infeksi .


 Menjaga ruangan agar tidak bising dan menimpalkan stimulus lingkungan.


 Mencegah aktifitas yang menyebabkan nyeri/ meningkatkan ketidaknyamanan, seperti mengangkat kepala anak.


 Memberi dukungan pada keluarga


Berdiskusi dengan keluarga


Memberikan informasi tentang perkembang anak dan semua prosedur yang akan dilakukan.


DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. GANGGUAN RASA NYAMAN: NYERI BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI MENINGEAL, BEDREST.






TUJUAN 1. : Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda nyeri/iritasi meningeal.


KELUHAN : sakit kepala (-), fotophobia (-), tidak ada iritabilitas yang berlebihan.


HR dan RR normal, tanda kernig’s dan brudzinki (-)


INTERVENSI :


1. Kaji tingkat nyeri


2. Evaluasi indikator dari nyeri (ekspresi wajah, menangis, gerakan), lokasi, lamanya.


3. Lakukan tindakan untuk memberikan kenyamanan (seperti memberikan posisi yang nyaman, distraksi dan massage)


4. Kolaborasi pemberian analgetik


5. Ajarkan anak ( bila sudah besar ) untuk mencegah gerakkan yang meningkatkan TIK ( mis : Batuk, mengedan dll )


6. Batasi pengunjung






TUJUAN 2. : Menunjukkan tidak ada peningkatan TIK






Kriteria hasil : Tanda Tanda Vital dalam batas normal


Tidak ada iritabilitas


Tidak ada keluhan


INTERVENSI :


1. Kaji tanda-tanda peningkatan TIK tiap 1 – 2 jam


 Penurunan HR & RR, peningkatan TD


 Penurunan tingkat pada bayi


 Peningkatan LK pada bayi


 Fontanel menonjol


 Cengeng, perubahan pupil,  simetris, bengkak & melebar


 Sakit kepala & muntah


2. Elevasikan kepala 30 - 45 


3. Posisi kepala tegak & stabil


4. Menurunkan stimulasi lingkungan


5. Tawarkan kegiatan untuk meningkatkan kenyamanan


6. Batasi cairan






2. RISIKO TINGGI INJURI BERHUBUNGAN DENGAN


TUJUAN : Injuri tidak terjadi


Kriteria Hasil : Tidak ada luka selama dan sesudah serangan


Mengetahui dan mengatasi serangan sesegera mungkin


INTERVENSI :


1. Monitor frekuensi serangan


2. Pasang penghalang TT


3. Berikan mainan yang lembut


4. Sediakan suction & O 2 disamping tempat tidur


5. Jaga dan tetap tenang dalam serangan


6. Miringkan anak


7. Hindari barang – barang berbahaya






DAFTAR PUSTAKA






Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.
Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.
Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.
Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar